Untuk mengungkap kebenaran rekam jejak sang pejuang kemerdekaan Ri ini, saat ditemui dikediaman salah seorang kerabat dan sahabat semasa kecilnya di kelurahan Kedaton, kecamatan Kayuagung, kabupaten OKI, M Yusuf bin Husin dengan sesekali menghela nafas panjang untuk mencoba mengungkapkan dan mengenang kembali nostalgia di masa masih anak-anak bersama para kerabat dan sahabatnya yang kini satu persatu telah memenuhi janjinya kepada Allah SWT.
Sembari tertawa dan meneteskan air mata ketika mengenang masa anak-anak, M Yusuf menceritakan kisah salah satu sahabat baiknya Aboe Kosim ketika masih anak-anak. “Aboe Kosim itu anaknya paling bandel dan suka prank siapa saja orang yang berada didekatnya. Namun dibalik itu semua, Aboe Kosim orangnya tegas, baik dan paling enak ketika dimintai solusi,” Kisah M Yusuf.
Kehidupan Awal
Aboe Kosim atau yang lebih akab disapa Kosim Tokak, lahir di dusun Kedaton (Kelurahan Kedaton.red), kecamatan Kayuagung, kabupaten OKI pada hari Kamis 15 April 1926, merupakan putra kedua dari lima bersaudara, diantara ke empat saudaranya, Aboe Kosim merupakan satu-satunya anak laki-laki.
Ketika beranjak remaja, sikap, watak dan tingkah lakunya tak kunjung jera, hobi berkelahi dan prank orang didekatnya. Sehingga membuat kedua orang tuanya selalu berurusan ke kantor Kerio (kantor desa) dan ke kantor Pasirah (kantor kecamatan) untuk menyelesaikan permasalahan yang di lakukannya, hingga harus hijrah dari kampung halaman ke kota Palembang.
Dari sekian banyak permasalahan yang dilakukan Aboe Kosim, di tahun 1938 M Amin Jumbuk orang tua Aboe Kosim memutuskan untuk membawa kembali ke kampung halamannya di dusun kedaton guna mendidik dan membatasi pergaulan anaknya yakni Aboe Kosim. Sehingga, Aboe Kosim hanya sampai menempuh pendidikan selama 4 tahun pada Sekolah Rakyat (SR) atau yang sekarang setara Sekolah Dasar (SD).
Ditahun 1943 di saat berusia 17 tahun, Aboe Kosim kembali membuat masalah berkelahi dengan sahabatnya, hingga membuat orang tuanya murka dan mengusirnya dari rumah. Dengan hati kesal dan emosi lantaran di usir dari rumah, kemudian dirinya memutuskan untuk pergi ke kota Palembang dan tidur digubuk tak berpenghuni di sungai Gerong.
Militer dan Riwayat Jabatan
November 1943, Aboe Kosim memutuskan untuk bergabung bersama pasukan Jepang atau tentara angkatan darat jepang (Hai Ho), dan diterima dalam kesatuan Hasan Butai dengan mengikuti latihan di lapangan Rambutan Sungai Gerong Palembang, berpangkat Jotohei atau garis kuning panjang tiga (Pribadi Unggul).
Tahun 1945, pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Aboe Kosim bergabung ke Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Agustus 1945 – April 1946 Masuk susunan Devisi I Garuda Merah, yang dipimpin oleh Kolonel Hasan Kasim.
April 1946 – Sept 1946 menjadi Polisi Tentara (P/T) dipimpin oleh Letnan Sudirto/Pandroch Nur Amin dan regu I. Pelton I. jang dipimpin oleh Sersan Mayor O.M Hanan/HA. Ahmad.
Sept 1946-Juli 1947 pangkat sersan I masuk susunan staf resimen 44 Devisi Garuda Merah dan Garuda Merah Dua berkedudukan di tanjung raja/kayuagung Komring Ilir/Palembang yang dipimpin Mayor M. Rasjad Nanawi/Kapten Alamsjah/Kapten Sanaf/Kapten Robani).
Juli 1947-Okt 1947 Masuk susunan batalijon 24 pangkat sersan I memegang seksi istimewa yang dipimpin oleh Kapten M.R. Rijakudu/Letda Nuh Matjan. Dan seksi istimewa dipimpin oleh Letenan Nadjamudin/H.S Simandjuntak.
April 1948-Nov 1949 Masuk susunan batalijon 12 Pangkat sersan major seksi P.K.Kompi I.P.K. dipimpin oleh Letenan II Sumadji/Inspektur I. Hasibuan dan Jon 12 Major Rasjat Nawawi.
Nov 1949-Feb 1950 Masuk susunan kompi Batalijon 23 lahat berpangkat sersan major berkedudukan di sekaju dibawah pimpinan Lettu Sulaiman Amin Batalijon dipimpin Major Rasjat Nawawi.
Feb 1950-Okt 1951 Masuk Kompi I Batalijon 207 mengikuti Operasi Ke Ambon Sulawesi Selatan dipimpin Kapten Latu Pariza.
Okt 1951-April 1952 Masuk Kompi II Batalijon 205 B.Z menjadi Danru (Komanda Regu) mengikuti Uperasi Djawa Barat berkedudukan ditasik malaja dipimpin oleh Kapten Bargowo/Lettu H.S Simanjuntak.
April 1952-Mart 1953 batalijon 205 B.Z dirobah mendjadi BB. “A” dan angkutan dipimpin oleh Lettu H.S Simanjuntak.
Mart 1953-April 1954 Bintara angkutan Batalijon “A” BZ.TT. II berkedudukan di KM 4 1/2 Palembang – Sumsel dan mengikuti Kursus Teritorial jang dilaksanakan oleh teritorium dikepalai oleh perwira seksi
April 1954-Nov 1955 mengikuti Batalijon A Operasi kepala angkutan berkedudukan di bandjar Patroman Djawa barat Komandan Batalion Kapten Saihusin/Lettu A. Wahabuzir
Nov 1955-Okt 1956 mengikuti sekolah kader infantri di tjurup angkatan ke II selama 9 bulan)
Okt 1956-Agust 1957 pindah ke resimen Infantri 5 DAM 1V/SWD pangkat Sersan Mayor dan komandan P.K.D Berkedudukan di Benteng Palembang – Sumsel
Agust 1957-Sept 1960 Mengikuti Uperasi/menumpas PRRI Pangkat Peltu mengikuti komandan resimen 5 berkedudukan di srilangun Rawa/srilangun Djambi/Bangkok Djambi dipimpin Letkol M.R. Rijakudu/Letkol Dani Effendi
Sept 1960-Nov 1962 Resimen 5 B.Z. dirobah menjadi Resimen 41 Garuda Emas Pangkat Peltu Pertokol REM 41 Gamas berkedudukan dipalembang
Nov 1962-April 1964 Pindah mendjadi Dan Ton II. KIE.1 JON 401 pangkat Letda berkedudukan di Tandjung Radja Ogan Ilir/Plg/Sumsel).
April 1964-Feb 1966 mengikuti Upgrading Korsd Teer di Tandjung Enim berpangkat Letda selama 1 bulan 10 hari yang diselenggarakan oleh REM 41 GAMAS dan DIM 0404 Muara enim Ogan dan Lematang Tengah
Feb 1966-Agust 1967 Pindah ke KODIM 0404 berpangkat Letda DPB.DAN 0404 dengan surat perintah 071/2/2/1966 tanggal 23-2-1966).
• Medali Sewindu Angkatan Perang RI No.03078 diberikan oleh Menteri Pertahanan Mr.Ali Sastroomidjojo
• Medali Pahlawan Gerilya RI No.41106 yang diberikan langsung oleh Presiden RI Soekarno
• Medali Satyalantjana Kesetian VIII No.21692 diberikan Menteri Pertahanan RI Djuanda
• Medali Satyalantjana Kesetiaan XVI No.99917 diberikan oleh Menteri Keamanan Nasional RI A.H Nasution
• Medali Satyalantjana Peristiwa Aksi Militer Kesatu No.20750 diberikan oleh Menteri Pertahanan RI Djuanda
• Medali Satyalantjana Peristiwa Aksi Militer Kedua No.24217 diberikan oleh Menteri Pertahanan RI Djuanda
• Medali Satyalantjana Gerakan Operasi Militer III No.10119 diberikan oleh Menteri Pertahanan RI Djuanda
• Medali Satyalantjana Gerakan Operasi Militer V No.05327 diberikan oleh Menteri Pertahanan RI Djuanda
• Medali Sapta Marga
• Medali Wira Dharma No.564812 sesuai Surat Keputusan No.skep/956/VIII/1981Pengakuan Pengesahan dan Penganugerahan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI
• Medali Penegak
Untuk lanjutan Stambuk sementara Tahun 1967 -1979 belum ditemukan. Pada tahun 1976 Lettu Inf Aboe kosim M. Amin mengajukan pensiun sendiri dan pada tahun 1979 secara resmi pensiun dari TNI AD, dengan Surat Keputusan No. Skep/03853/IV-IV/1979 terhitung bulan Mei 1976 dengan besaran gaji yang diterima Rp.4.750,- ditetapkan dipalembang pada tanggal 17 April 1979.
Informasi Pribadi
● Tanggal 15 April 1948, menikah dengan Siti Kasmi Binti Karmen kelahiran Tjipare 10 juli 1943 dan dikaruniai 5 orang anak diantaranya : Muhd. Sopyan (Masih Hidup), Effendy (Meninggal Sebelum Menikah), Nurhatini (Meninggal Sebelum Menikah), Robinson (Masih Hidup), Hasmatika (Masih Hidup)
Tanggal 15 April 1984, Siti Kasmi Binti Karmen meninggal dunia di RS. dr. A.K Gani Palembang dan mendapat penghargaan tertinggi atas jasanya mendampingi dan memupuk dan memelihara sifat utama keprajuritan suami, penghargaan diberikan langsung oleh Menteri / Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani.
● Sesuai Piagam Penasehat Pra Pernikahan No.06/01/BP.4/OKI/P4/VII/1985. Almarhum Lettu Inf Aboe Kosim tahun 1985 menikah kembali dengan Sopiah Binti Sapri. Surat Persetujuan No.Ket/006/I/1988 Tentang Pernikahan Purnawirawan yang telah disahkan oleh A.N. Kepala Staf TNI AD Panglima Kodam II/Sriwijaya U.B Kepala Ajudan Jendral, Kolonel CAJ Sucipto NRP.19832. Dari pernikahan dengan Sopiah Binti Sapri dikaruniai 4 orang anak yaitu : Kamalia (Masih Hidup), M. Salam (Masih Hidup), M. Salim (Masih Hidup), Sainona (Usia 2 tahun Meninggal Dunia).