Mengenal KTNA: Sejarah Singkat dan Peran Strategis Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia

Mengenal KTNA: Sejarah Singkat dan Peran Strategis Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia

Spread the love
Musi Banyuasin, Radar Keadilan – Di tengah gempuran modernisasi dan tantangan global di sektor pertanian, kehadiran Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menjadi tumpuan penting dalam menjaga keberlanjutan pertanian di Indonesia. Namun, tak sedikit masyarakat yang belum benar-benar memahami apa itu KTNA, bagaimana sejarahnya, serta peran penting yang diembannya hingga hari ini. Jum’at (25/4/2025).

Sejarah Singkat KTNA

KTNA lahir dari kebutuhan akan adanya wadah komunikasi antar petani dan nelayan yang mampu menjembatani aspirasi mereka kepada pemerintah. Cikal bakal KTNA berawal dari era 1970-an, ketika program penyuluhan pertanian mulai berkembang dan butuh peran serta aktif petani-nelayan dalam mendukung pembangunan pertanian nasional.

Secara resmi, KTNA dibentuk pada tahun 1971 sebagai forum komunikasi dan konsultasi antar petani, nelayan, penyuluh, serta stakeholder terkait. Organisasi ini tidak berafiliasi dengan partai politik, menjadikannya lembaga independen yang murni memperjuangkan kepentingan petani dan nelayan.

Struktur dan Keanggotaan

KTNA memiliki struktur organisasi dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Keanggotaan KTNA bersifat sukarela dan terdiri dari petani-nelayan yang aktif, inovatif, dan memiliki pengaruh positif di wilayahnya. Mereka sering disebut sebagai “andalan”, karena dianggap mampu menjadi teladan bagi sesama petani-nelayan.

Peran Strategis KTNA

1.Mitra Pemerintah dalam Penyuluhan Pertanian

KTNA berfungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam menyampaikan program-program pembangunan pertanian dan perikanan. Melalui berbagai forum, seperti temu karya dan pekan nasional (PENAS), KTNA menjadi media komunikasi dua arah antara petani-nelayan dan pemerintah.

2. Peningkatan Kapasitas Petani dan Nelayan

KTNA aktif dalam pelatihan, bimbingan teknis, dan penyuluhan yang bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani-nelayan, termasuk dalam hal pertanian ramah lingkungan, agribisnis, dan teknologi pertanian terbaru.

3. Advokasi dan Aspirasi Petani-Nelayan

KTNA menyuarakan berbagai aspirasi dan permasalahan yang dihadapi petani-nelayan kepada pengambil kebijakan. Misalnya, soal subsidi pupuk, harga hasil panen, hingga akses terhadap kredit usaha tani.

4. Mendorong Kedaulatan Pangan dan Ekonomi Lokal

Dengan basis massa yang kuat di desa-desa, KTNA berperan sebagai motor penggerak ketahanan pangan lokal. Banyak program ketahanan pangan desa yang sukses berkat sinergi antara pemerintah dan KTNA.

5. Penyelenggara Temu Usaha dan Promosi Produk Petani-Nelayan

KTNA sering menggelar event seperti Pekan Nasional Petani Nelayan (PENAS), di mana petani-nelayan dari seluruh Indonesia bisa saling bertukar pengalaman, menjalin kerja sama usaha, dan mempromosikan produk lokal unggulan.

KTNA di Era Modern

Memasuki era digital dan revolusi industri 4.0, KTNA terus beradaptasi. Beberapa daerah sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran hasil tani, pemetaan lahan, hingga pemanfaatan aplikasi untuk pengendalian hama dan cuaca. KTNA kini bukan hanya pelindung tradisi pertanian, tetapi juga pelopor inovasi berbasis komunitas.

Kesimpulan

KTNA adalah mitra strategis pembangunan pertanian nasional yang tumbuh dari akar rumput, oleh dan untuk petani-nelayan Indonesia. Pemahaman masyarakat terhadap KTNA sangat penting agar sinergi antara komunitas dan pemerintah dapat berjalan lebih efektif, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim.

Dengan memperkuat posisi KTNA, Indonesia tak hanya membangun sektor pertanian yang kuat, tetapi juga memperjuangkan martabat dan kesejahteraan petani-nelayan sebagai garda depan ketahanan pangan bangsa.
(Desi)
Bagikan