Ngaben Massal di OKI: Perwujudan Kerukunan dan Toleransi Antarumat Beragama

Ribuan Umat Hindu Ikuti Upacara Ngaben Massal di Ogan Komering Ilir, Tandai Keharmonisan Antaragama di Sumatera Selatan.

AGAMA, BUDAYA, OKI3060 Dilihat
Spread the love
Ogan Komering Ilir, Radar Keadilan – Suasana khidmat menyelimuti areal pemakaman Gandawangi, Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, OKI. Senin, (4/8/2025).

Ribuan umat Hindu dari berbagai penjuru Sumatera Selatan, bahkan luar provinsi, berkumpul untuk mengikuti upacara Ngaben massal yang sarat makna spiritual dan sosial.

Acara ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi bukti nyata harmoni dan toleransi antarumat beragama di daerah tersebut.

Gubernur Sumatera Selatan, Dr. H. Herman Deru, SH., MM., memberikan penghormatan dan turut berduka cita dalam rangkaian acara Ngaben massal di Setra Gandawangi, Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir./radarkeadilan.com

Upacara Ngaben, tradisi pembakaran jenazah umat Hindu yang juga dikenal sebagai Pelebon, kali ini dilaksanakan secara massal, meringankan beban biaya yang biasanya cukup besar bagi keluarga yang melaksanakannya secara perseorangan.

Puluhan jenazah diikutkan dalam prosesi yang diawali dengan rangkaian adat sebelum diarak menuju tempat pembakaran.

Made Wijaya Pangabean, inisiator acara ini, menjelaskan bahwa bade, wadah khusus untuk mengantarkan jenazah, dibuat berdasarkan konsep gunung dan Tri Angga dalam ajaran Hindu.

“Pembuatan bade mengadopsi konsep gunung dan Tri Angga, tercermin dari bangunan bade yang terdiri dari tiga bagian: dasar, badan, dan atap,” jelasnya.

Made Sunandre, peserta Ngaben massal asal OKU Timur, menambahkan, “Setiap keluarga hanya dikenakan biaya belasan juta rupiah, jauh lebih terjangkau daripada Ngaben perseorangan.”

Upacara ini juga bertujuan mempererat hubungan antar umat Hindu dan mempercepat proses kembalinya unsur Panca Maha Bhuta, sesuai keyakinan agama Hindu.

“Yang berasal dari air kembali ke air, yang dari tanah kembali ke tanah, dan seterusnya,” terang Made Wijaya.

Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, SE., M.Si., tampak khidmat mengikuti rangkaian upacara Ngaben massal di Setra Gandawangi, Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Semoga upacara ini berjalan lancar dan memberikan ketenangan bagi arwah para leluhur./radarkeadilan.com

Kemudahan akses pelaksanaan Ngaben massal ini juga dinilai penting, mengingat biaya yang relatif murah tanpa harus pergi ke Bali.

Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang turut hadir, memuji kerukunan antarumat beragama di OKI dan Sumatera Selatan secara umum.

Gubernur Sumatera Selatan, Dr. H. Herman Deru, SH., MM., memberikan sambutan pada acara Pitra Yadnya (Ngaben Massal) di Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir./radarkeadilan.com

“Sumsel nyaris tidak terdengar ada konflik berbau SARA,” ujarnya.

Ia juga menyinggung sejarah migrasi masyarakat Bali ke Sumsel sejak tahun 1960-an, dan menekankan pentingnya pelestarian tradisi Ngaben sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional.

Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, SE., M.Si., memberikan sambutan pada acara Pitra Yadnya (Ngaben Massal) di Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir./radarkeadilan.com

Bupati OKI, H. Muchendi, menambahkan dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan peribadatan dan pelestarian budaya di daerahnya yang kaya akan keragaman. Ia mengapresiasi gotong royong warga Desa Tugu Mulyo dalam mensukseskan acara ini.

Kehadiran Kapolda Sumsel, Irjen Pol Andi Rian Ryacudu Djajadi, Kasdam II/Sriwijaya Brigjen TNI Aminton Manurung, Kepala Kejaksaan Negeri OKI Sumantri SH, anggota DPRD Sumsel Made Indrawan, dan jajaran Forkopimda OKI semakin menegaskan dukungan pemerintah dan aparat keamanan terhadap pelaksanaan upacara Ngaben massal ini.

Kepala Kejaksaan Negeri OKI, Sumantri SH, menilai kegiatan ini sebagai model sukses pelestarian warisan budaya dan bentuk nyata dukungan terhadap keberagaman dan persatuan nasional. (*/Red)

Bagikan