Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan lokasi dalam menyambut 10.000 relawan yang akan terlibat dalam program Peduli Lingkungan pada gelaran Munas SWI tahun 2026.
Prof. Supiyat Nasir disambut langsung oleh Kepala Desa Banyuanyar, Komarudin, S.T., seorang pemimpin desa yang dikenal gigih, kreatif, dan visioner.
Berkat kepemimpinannya, Desa Banyuanyar yang dahulu minim fasilitas kini telah bertransformasi menjadi desa maju dengan berbagai usaha produktif yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Desa Banyuanyar siap mendukung dan menjadi tuan rumah yang baik. Kami bangga bisa menjadi bagian dari gerakan besar peduli lingkungan ini,” ujar Komarudin dalam sambutannya.
Salah satu ikon kebanggaan desa yang terletak tidak jauh dari jalan Raya Solo-Semarang ini adalah Resto Kampus Kopi Banyuanyar, yang menjadi pusat aktivitas ekonomi sekaligus destinasi kuliner unik yang dikelola secara mandiri oleh warga.
Selain itu, desa ini juga memiliki batik asli yang sudah terdaftar pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dengan motif Sekar Puspa Kawruh Jati, yang merupakan representasi dari keris dan kopi sebagai ikon unggulan desa.
Ia optimistis bahwa desa yang terdiri dari 7 dukuh ini akan menjadi lokasi yang ideal untuk menyukseskan kegiatan besar Munas SWI pada Mei 2026 mendatang.
“Kunjungan ini adalah langkah penting dalam memastikan kelancaran persiapan acara. Kami berharap Munas SWI 2026 dapat memberikan dampak besar bagi gerakan peduli lingkungan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat nasional,” kata Prof. Supiyat Nasir.
Dengan persiapan yang matang dan dukungan penuh dari masyarakat, Desa Banyuanyar siap menjadi tuan rumah yang sukses untuk Munas SWI 2026, membawa semangat peduli lingkungan ke seluruh penjuru negeri. (**)










