Sejarah Singkat KTNA
KTNA lahir dari kebutuhan akan adanya wadah komunikasi antar petani dan nelayan yang mampu menjembatani aspirasi mereka kepada pemerintah. Cikal bakal KTNA berawal dari era 1970-an, ketika program penyuluhan pertanian mulai berkembang dan butuh peran serta aktif petani-nelayan dalam mendukung pembangunan pertanian nasional.
Secara resmi, KTNA dibentuk pada tahun 1971 sebagai forum komunikasi dan konsultasi antar petani, nelayan, penyuluh, serta stakeholder terkait. Organisasi ini tidak berafiliasi dengan partai politik, menjadikannya lembaga independen yang murni memperjuangkan kepentingan petani dan nelayan.
Struktur dan Keanggotaan
KTNA memiliki struktur organisasi dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Keanggotaan KTNA bersifat sukarela dan terdiri dari petani-nelayan yang aktif, inovatif, dan memiliki pengaruh positif di wilayahnya. Mereka sering disebut sebagai “andalan”, karena dianggap mampu menjadi teladan bagi sesama petani-nelayan.
Peran Strategis KTNA
KTNA berfungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam menyampaikan program-program pembangunan pertanian dan perikanan. Melalui berbagai forum, seperti temu karya dan pekan nasional (PENAS), KTNA menjadi media komunikasi dua arah antara petani-nelayan dan pemerintah.
2. Peningkatan Kapasitas Petani dan Nelayan
KTNA aktif dalam pelatihan, bimbingan teknis, dan penyuluhan yang bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani-nelayan, termasuk dalam hal pertanian ramah lingkungan, agribisnis, dan teknologi pertanian terbaru.
3. Advokasi dan Aspirasi Petani-Nelayan
KTNA menyuarakan berbagai aspirasi dan permasalahan yang dihadapi petani-nelayan kepada pengambil kebijakan. Misalnya, soal subsidi pupuk, harga hasil panen, hingga akses terhadap kredit usaha tani.
5. Penyelenggara Temu Usaha dan Promosi Produk Petani-Nelayan
KTNA sering menggelar event seperti Pekan Nasional Petani Nelayan (PENAS), di mana petani-nelayan dari seluruh Indonesia bisa saling bertukar pengalaman, menjalin kerja sama usaha, dan mempromosikan produk lokal unggulan.
KTNA di Era Modern
Memasuki era digital dan revolusi industri 4.0, KTNA terus beradaptasi. Beberapa daerah sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran hasil tani, pemetaan lahan, hingga pemanfaatan aplikasi untuk pengendalian hama dan cuaca. KTNA kini bukan hanya pelindung tradisi pertanian, tetapi juga pelopor inovasi berbasis komunitas.
Kesimpulan
KTNA adalah mitra strategis pembangunan pertanian nasional yang tumbuh dari akar rumput, oleh dan untuk petani-nelayan Indonesia. Pemahaman masyarakat terhadap KTNA sangat penting agar sinergi antara komunitas dan pemerintah dapat berjalan lebih efektif, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim.